Tuesday, October 15, 2013

“APAKAH SEMUA BID`AH ADALAH SESAT TANPA TERKECUALI ??”









Oleh Von Edison Alouisci


Wahabi salafi ada yang suka pasang MOTTO “ BERILMU SEBELUM BICARA”

Nah kali ini..mari kita sama sama lihat apakah motto wahabi salafi
demikian sesuai dengan apa yang sering mereka katakan pada orang lain
??


Mari kita pahami bid`ah yang suka di besar besarkan wahabi salafi.
dengan ilmu bukan dengan terjemahan biasa (tekstual)
Mungkin anda akan tahu atau sering membaca hadist dibawah ini
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Benarkah hadits ini bermakna :

“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “


Mari Kita kaji dari sisi ilmu lughoh :


– I’rab nahwunya :
من : adalah isim syart wa jazm mabniyyun ‘alas sukun fi mahalli rof’in mubtada’ wa khobaruhu aljumlatus syartiyyah ba’dahu.

احدث : Fi’il madhi mabniyyun ‘alal fathah fii mahalli jazmin fi’lu syarth wal fa’il mustatir jawazan taqdiruhu huwa.

في : Harfu jar


امرنا : majrurun bi fii wa lamatu jarrihi alkasrah, wa naa dhomirun
muttashil mabnyyyun ‘alas sukun fii mahlli jarring mudhoofun ilaihi

هذا : isim isyarah mabniyyun alas sukun fi mahalli jarrin sifatun liamrin

ما : isim mabniy fii mahhli nashbin maf’ul bih

ليس : Fi’il madhi naqish yarfa’ul isma wa yanshbul khobar, wa ismuha dhomir mustatir jawazan taqdiruhu huwa

منه : min harfu jarrin wa hu dhomir muttashil mabniyyun alad dhommi wahuwa littab’iidh

فهو : al-faa jawab syart. Huwa dhomir muttashil mabniyyun alal fathah fi mahalli rof’in mubtada

رد : khobar mubtada marfuu’un wa alamatu rof’ihi dhommatun dzhoohirotun
fi aakhirihi. Wa umlatul mubtada wa khobaruhu fi mahalli jazmin jawabus
syarth.


Dari uraian sisi nahwunya maka Hadist tersebut
bermakna :” Barangsiapa yang melakukan perkara baru dalam urusan kami
yaitu urusan syare’at kami yang bukan termasuk darinya, tidak sesuai
dengan al-Quran dan hadits, maka perkara baru itu ditolak “



Makna dari itulah imam Syafi’i yang sudah masyhur Ilmunya Memahami Bid`ah sbb :


ما أُحدِثَ وخالف كتاباً أو سنة أو إجماعاً أو أثراً فهو البدعة الضالة،
وما أُحْدِثَ من الخير ولم يخالف شيئاَ من ذلك فهو البدعة المحمودة

Perkara baru yang menyalahi al-Quran, sunnah, ijma’ atau atsan maka itu
adalah bid’ah dholalah / sesat. Dan perkara baru yang baik yang tidak
menyalahi dari itu semua adalah bid’ah mahmudah / baik “

Dari
ungkapan Imam safii diatas tentu karna beliau Tidak sembarangan
menela`ah maksud hadits dengan hanya mengartikannya secara mudah dan
serampangan.

Apakah Anda kemudian Lebih paham makna hadis ketimbang Imam safi`i ??
Apakah Anda kemudian menafikkan Paham Imam safi`i ??

Jika Anda brpikir bahwa anda lebih paham maksudnya.. maka Tinggalkan
apapun hujah Imam safi`i apapun yang belaiu sampaikan dalam semua
syariat Islam.Bisa ??

Wahabi salafi memang Rancu..jika banyak
mengandalkan pendapat imam madzab padahal ANTI madzab.ini menunjukkan
bahwa wahabi salafi sesungguhnya tak punya dalil hujjah apa apa selain
MEMELINTIR pendapat para ulama madzab Dan secara tidak langsung ini
justru membuka kebodohan mereka sendiri karna realitanya Ulama wahabi
sendiripun ternyata hanya bisa mencatut pendapat Ulama salaf,ulama
madzab yang kebanykan mereka MODIFIKASI arah dan maksudnya agar sesauai
dengan tujuan wahabi sebenarnya,membohongi Publik. Bukankah hal ini sama
saja dengan MEMFITNAH para ulama salaf dan ulama madzab sekaligus
menipu umat muslim??

Berkaitan pendapat Imam safii diatas mari kita Lihat hal hal sbb :

Istidlal ayatnya (Pengambilan dalil dari Qurannya) :


وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً
وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا
ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ
“Dan Kami (Allah) jadikan dalam hati
orang-orang yang mengikutinya (Nabi ‘Isa) rasa santun dan kasih sayang,
dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya
kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk
mencari keridhaan Allah” (Q.S. al-Hadid: 27)


– Istidlal haditsnya (pengambilan dalil dari haditsnya) :


مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ
مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ
شَىْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ
وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ
يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
“Barang siapa merintis (memulai)
dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari
perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya
(mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala
mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka
baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang
melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa
mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)


Marilah kita cermati lagi

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ

Bid’ah itu kata benda, tentu mempunyai sifat, tidak mungkin ia tidak
mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat
jelek. Sifat tersebut tidak ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di
atas;
Dalam Ilmu Balaghah dikatakan,
حدف الصفة على الموصوف
“membuang sifat dari benda yang bersifat”.
Jadi jika ditulis lengkap dengan sifat dari bid'ah kemungkinannya adalah
a. Kemungkinan pertama :
كُلُّ بِدْعَةٍ حَسَنَةٍ ضَلاَ لَةٌ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِى النَّارِ
Semua "bid’ah yang baik" itu sesat (dholalah), dan semua yang sesat (dholalah) masuk neraka

Hal ini tidak mungkin, bagaimana sifat baik dan sesat (dholalah)
berkumpul dalam satu benda dan dalam waktu dan tempat yang sama, hal itu
tentu mustahil.
b. Kemungkinan kedua :
كُلُّ بِدْعَةٍ سَيِئَةٍ ضَلاَ لَةٍ وَكُلُّ ضَلاَ لَةٍ فِىالنَّاِر
Semua "bid’ah yang jelek" itu sesat (dholalah), dan semua yang sesat (dholalah) masuk neraka

Dalam hadits tsb memiliki manthuq dan mafhumnya :

Manthuqnya “ Siapa saja yang melakukan hal baru yang tidak bersumber dari syareat, maka dia tertolak “,


misalnya sholat dengan bhsa Indonesia, mengingkari taqdir,
mengakfir-kafirkan orang, bertafakkur dengan memandang wajah wanita
cantik dll.


Mafhumnya : “ Siapa saja yang melakukan hal
baru yang bersumber dari syareat, maka itu diterima “ Contohnya sangat
banyak sekali seprrti pembukuan Al-Quran, pemberian titik al-Quran,
mauled, tahlilan, khol, sholat trawikh berjama’ah dll.
Artinya
bid'ah yang sesat masuk neraka adalah bid'ah sayyiah (bid'ah yang
jelek). Nah..bid`ah semacam ini TANPA TERKECUALI adalah Sesat.Bukan
berarti semua yang di anggap Bid`ah adalah sesat.

Secara
sederhana sesungguhnya Bid`ah adalah bentuk kata untuk menjelaskan Amal
perbuatan seseorang baik yang ada Contohnya maupun yang tidak ada
contohnya dari Rasulullah.

Dalam realitanya banyak amal
perbuatan dimasa Rasulullah yang di lakukan sahabat dan Umatnya tidak
Dicontohkan Rasulullah namun Rasulullah tidak marah,tidak protes,dan
bahkan ada yang di setujuinya.Contohnya dalam Bacaan bacaan Sholat dll


Ada pula Realitanya Banyak amal perbuatan dimasa Raslullah yang
Dilakukan sahabat dan umatnya dan beliau memberikan nasehat dan
pringatan agar tidak lagi dilakukan karna dipandang keliru.Contohnya
Soal Rampasan perang dll

Dua hal diatas adalah Amal perbuatan yang baik dan buruk yang TIDAK di contohkan Rasulullah namun belum tentu Ditolak.

Jadi jelasnya Adalah segala sesuatu yang terlarang atapun tidak terlarang walapun tidak ada cotohnya maka itu adalah BID`AH .


Nah kaitannya dengan hadits diatas adalah.. bid`ah yang bagaiman yang
di maksud Rasulullah.itu yang HARUS dipahami,bukan asal asalan
mengartikannya.

Perhatikan Lagi baik baik

Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda “Jauhilah oleh kalian perkara baru,
karena sesuatu yang baru (di dalam agama) adalah bid’ah , kullu bid''ah
dholalah (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Tirmidzi & Hakim)

Telah menceritakan kepada kami Ya’qub telah menceritakan kepada kami
Ibrahim bin Sa’ad dari bapaknya dari Al Qasim bin Muhammad dari ‘Aisyah
radliallahu ‘anha berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Siapa yang membuat perkara baru dalam "urusan kami " ini yang
tidak ada perintahnya maka perkara itu tertolak“. Diriwayatkan pula
oleh ‘Abdullah bin Ja’far Al Makhramiy dan ‘Abdul Wahid bin Abu ‘Aun
dari Sa’ad bin Ibrahim (HR Bukhari 2499)
Dari Ibnu ‘Abbas r.a.
berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “sesungguhnya
agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Hadits riwayat
Ath-Thabarani)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban (ditinggalkan
berdosa), maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan
beberapa larangan (dikerjakan berdosa)), maka jangan kamu langgar dia;
dan Allah telah mengharamkan sesuatu (dikerjakan berdosa), maka jangan
kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai
tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu
perbincangkan dia.” (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi)

Dari keempat hadits di atas dapat diketahui bahwa bid'ah yang sayyiah
(jelek) adalah bid'ah dalam urusan agama atau "urusan kami" atau perkara
syariat (segala perkara yang telah disyariatkanNya/diwajibkanNya) atau
mengada-ada dalam urusan yang merupakan hak Allah ta’ala menetapkannya
yakni melarang sesuatu yang tidak dilarangNya, mengharamkan sesuatu yang
tidak diharamkanNya, mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkanNya.

Nah sekarang kita cermati lagi makna hadits andalan dari wahhabi salafi :

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

Hadits ini mereka artikan :

Pertama :

“ Barangsiapa yang berbuat hal baru dalam agama, maka ia tertolak “



Jika Wahabi salafi mengartikan demikian, maka sam artinya sengaja
membuang kalimat MAA LAITSA MINHU-nya (Yang bersumber darinya). Maka
haditsnya menjadi :

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا ُ فَهُوَ رَدٌّ

Kedua :

“ Barangsiapa yang berbuat hal baru yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak “


Jika Wahabi salafi mngartikan seperti itu, berarti inipun dengan
sengaja telah merubah makna hadits MAA LAITSA MINHU-nya MENJADI MAA
LAITSA MA-MUURAN BIHI (Yang tidak ada perintahnya). Maka haditsnya
menjadi :

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا ليَْسَ مَأمُوْراً بهِ فَهُوَ رَدٌّ

Sungguh ini sebuah distorsi dalam makna hadits dan sebuah pengelabuan pada umat muslim.



Jika Wahabi salafi menentang dan berdalih : “ Bukankah Rasul Saw telah
memuthlakkan bahwa semua bid’ah adalah sesat, ini dalilnya :


وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ (رواه أبو داود

Maka jawabannya :


Hadits tsb adalah ‘Aam Makhsus (lafadznya umum namun dibatasi) dgn
bukti banyak dalil yang menjelaskannya sprti hadits 2 sahabat di atas.
Maksud hadits tsb adalah setiap perkara baru yang brtentangan dgn
al-quran dan hadits.
Perhatikan hadits riwayat imam Bukhori berikut :



أشار سيدنا عمر ابن الخطاب رضي الله عنه على سيدنا أبو بكر الصديق رضي
الله عنه بجمع القرآن في صحف حين كثر القتل بين الصحابة في وقعة اليمامة
فتوقف أبو بكر وقال:” كيف نفعل شيئا لم يفعله رسول الله صلى الله عليه
وسلم؟”
فقال له عمر:” هو والله خير.” فلم يزل عمر يراجعه حتى شرح الله
صدره له وبعث إلى زيد ابن ثابت رضي الله عنه فكلفه بتتبع القرآن وجمعه قال
زيد:” فوالله لو كلفوني نقل جبل من الجبال ما كان أثقل علي مما كلفني به من
جمع القرآن.” قال زيد:” كيف تفعلون شيئا لم يفعله رسول الله صلى الله عليه
وسلم.” قال:” هو والله خير” فلم يزل أبو بكر يراجعني حتى شرح الله صدري
للذي شرح له صدر أبي بكر وعمر رضي الله عنهما .

“ Umar bin
Khothtob member isayarat kpd Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk mengumpulkan
Al-Quran dalam satu mushaf ktika melihat banyak sahabat penghafal quran
telah gugur dalam perang yamamah. Tapi Abu Bakar diam dan berkata “
Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasul Saw ?”
MaKA Umar menjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang baik “. Beliau selalu
mengulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadanya. Kmudian Abu bakar
memrintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan Al-Quran, maka Zaid
berkata “ Demi Allah aku telah terbebani untuk memindah gunjung ke satu
gunung lainnya, bagaimana aku melakukan suatu hal yang Rasul Saw tdiak
melakukannya ?” maka Abu bakar mnjawab “ Demi Allah itu suatu hal yang
baik “. Abu bakar trus mngulangi hal itu hingga Allah melapangkan dadaku
sbgaimana Allah telah melapangkan dada Umar dan Abu Bakar “.



Coba perhatikan ucapan Umar dan Abu Bakar “ Demi Allah ini suatu hal
yang baik “, ini menunjukkan bahwasanya Nabi Saw tidak melakukan semua
hal yang baik, sehingga merka mngatakan Rasul Saw tidak pernah
melakukannya, namun bukan berarti itu buruk.
Jika merka mengatakan sahabat Abdullah bin Umar telah berkata :

كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة

“ Setiap bid’ah itu sesat walaupun orang-orang menganggapnya baik “

Maka kita jawab :

Itu memang benar, maksudnya adalah segala bid’ah tercela itu sesat
walaupun orang-orang menganggapnya baik. Contohnhya bertaqarrub pd Allah
dengan mndengarkan lagu dangdutan..

Jika sahabat Abdullah bin
Umar memuthlakkan bahwa semua bid’ah itu sesat tanpa trkecuali walaupun
orang2 mengangaapnya baik, lalu kenapa juga beliau pernah berkata :
بدعة ونعمت البدعة “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “
Saat beliau ditanya tentang sholat dhuha. Lebih lengkapnya :

عن الأعرج قال : سألت ابن عمر عن صلاة الضحى فقال:” بدعة ونعمت البدعة


“ Dari A’raj berkata “ Aku bertanya kepada Ibnu Umar tentang sholat
dhuha, maka beliau menjawab “ Itu bid’ah dan sebaik-baik bid’ah “.



Apakah pantas seorang sahabat sprti Abdullah bin Umar tidak konsisten
dalam ucapannya alias pllin-plan ?? sungguh sangat jauh dari hal itu.

Ingat Baik baik bahwa cara membedakan bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah adalah :

والتمييز بين الحسنة والسيئة بموافقة أصول الشرع وعدمها

“ Dengan sesuai atau tidaknya dengan pokok-pokok syari’at “.

– Orang yang mengartikan secara Tekstual dan Cuma terjemahan hadits :

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ


Dengan : “ Barangsiapa yang melakukan hal baru maka itu tertolak “ atau
“ Barangsiapa yang melakukan hal baru tanpa ada perintahnya maka ia
tertolak “.

Orang yang mengartikan seperti itu, berarti ia
telah berbuat bid’ah dholalah / sesat, karena tidak ada dasarnya sama
sekali baik dari Al-Quran, hadits maupun atsarnya..DAN TELAH SENGAJA
MERUBAH MAKNA HADITS NABI SAW tersebut..dan kita tahu apa sangsi bagi
orang yang telah berdusta atas nama Rasulullah.”orang yang suka merubah
maksud Rasulullah (berdusta atas nama Rasulullah karna memahaminya
serampangan) maka bukan golongan Rasulullah”

Semoga Uraian
singkat Ini dapat menjadi Acuan bagi kita semua dalam menyikapi perkara
khilafiyah yang sesungguhnya sudah Jelas namun sengaja di besar besarkan
kembali oleh segelitir Orang hanya untuk kepentingan golongannya dengan
mempermainkan Hadist Hadits Rasulullah dengan menyalah artikan
maksudnya hanya dengan Modal terjemahan dan tanpa sadar menimbulkan
kekacauan pemahaman. (memecah belah Umat Islam dengan membuat perbedaan
melalui pemahaman baru) padahal sejak masa awal..ulama salaf sudah
cukup jelas menerangkan hal ini dan juga sudah menjadi PANUTAN
ahlussunnh wal jama`ah ( aswaja ) sejak lama.

Sekte baru macam
wahabi salafi jelas jelas menciptakan paham baru yang jika kita teliti..
BERBEDA dengan paham salaf.paham baru ini adalah soal syariat..dan
tentu yang begini adalah BID`AH DOLALLAH.
jika sudah begini..aswaja atau wahabi yang ngikut salaf sesungguhnya ??


Inti terpenting dari uraian diatas Adalah,ketika kita sudah menyadari
maksud bid`ah sesungguhnya.. maka kita akan lebih mudah memahami perkara
perkara bid`ah semisal..tahlilan,yasinan.tabaruk,tawasul dll yang pada
konteksnya tidak menyalahi Syariat Islam dan banyak dilakukan Ulama
salaf,tabiin dan tabiun.ketika kita keliru memahami makna bid`ah maka
berakibat menyalahkan,merendahkan,mengejek,menghina,menyesatkan Ulama
papan atas,sahabat,tabiin dan tabiun (kaum salaf) bahkan terhadap
Rasulullah.jika sudah demikian..sudah sedemikian hebatkah taraf ilmu
kita ketimbang ulama ulama tersebut ? Renungkan dan..sebaiknya aku
kembalikan Mottonya pengikut wahabi salafi ”BERILMU SEBELUM BICARA”

INTAHA












1 Comments:

Unknown said...

Dan pengikut Salfi Wahabi mendapat julukan قر ن الشيطا ن sebagai pengikutsyaithon, generasi-generasi pngikut syetan, hadist shoheh Bukhori 979, al-Tirmidzi 3888 dan Akhmad 5715.

Post a Comment

 
Design by Blogger Themes | Bloggerized by Admin | free samples without surveys